Foreword
Disamping
tegangan, frekuensi adalah salah satu besaran yang dikendalikan secara ketat
dalam sebuah sistem daya listrik. Hal ini dikarenakan frekuensi adalah salah
satu indikator kualitas dan kesehatan sebuah sistem daya listrik. Adanya
fluktuasi frekuensi akan menyebabkan kerugian di semua pihak, baik itu konsumen
maupun pihak pembangkitan dan sistem jaringan (network). Bagi konsumen, peralatan akan bekerja di daerah frekuensi
yang tidak optimal sehingga akan menurunkan efisiensi peralatan. Bagi sistem
pembangkitan, fluktuasi frekuensi akan mempengaruhi sistem auxiliary dan stabilitas sistem pembangkitan. Sedangkan untuk sistem jaringan (network), akan mempengaruhi aliran daya
serta stabilitas sistem secara keseluruhan.
Dalam
suatu sistem daya listrik, frekuensi dan daya aktif adalah dua besaran yang
saling tergantung. Mengatur daya aktif adalah mengatur frekuensi, begitu pula
sebaliknya. Karena pegaturan frekuensi melibatkan daya aktif (satuan Watt),
maka pengaturan frekuensi akan erat hubungannya dengan turbin. Mengatur daya
turbin adalah dengan mengatur fluida kerja (water,
steam, gas) yang tentu saja akan berhubungan erat dengan governor (control valve CV dan stop valve SV) serta sistem
pembakarannya. Dengan demikian pengaturan frekuensi merupakan suatu materi yang
cukup kompleks.
Dasar Frequency Control:
Frekuensi dan Daya Aktif
Sebagaimana
telah disinggung di atas, pengaturan frekuensi sangat erat dengan pengaturan
daya aktif. Gambar 1 di bawah akan menunjukan penyederhanaan hubungan frekuensi
dengan daya aktif. Pada gambar 1a, jika daya yang dibangkitkan oleh sistem pembangkit
sama dengan daya yang dibutuhkan beban (rugi transmisi diabaikan), maka frekuensi
akan berada pada posisi nominal. Dalam sistem daya listrik kita, frekuensi akan
berada tepat di 50 Hz.
Gambar
1b menunjukkan keadaan pada saat sistem pembangkit menghasilkan daya lebih
besar daripada daya yang dibutuhkan beban, maka frekuensi sistem akan naik.
Keadaan sebaliknya terjadi di gambar 1c, daya yang dibutuhkan beban lebih besar
daripada daya yang dibangkitkan oleh sistem pembangkit sehingga frekuensi akan
turun.
Frequency control harus bekerja secara benar pada keadaan di gambar 1b dan 1c, untuk
mengembalikannya ke kadaan seperti di gambar 1a. Pada kondisi 1b, turbine harus
mengurangi suplai daya. Sedangkan pada kondisi 1c, turbin harus menambah suplai
daya.
Namun sistem
daya listrik umumnya mencakup wilayah yang sangat luas dan melibatkan jumlah
pembangkit yang sangat banyak, sistem transmisi yang panjang, dan titik beban
yang banyak pula. Dengan demikian, frequency
control akan dilakukan dengan beberapa metode yang berbeda untuk
menghasilkan respon yang cepat dan stabil serta aman.
Karakteristik Sistem Pembangkitan
Dalam
dasar frequency control di atas,
disebutkan bahwa turbin harus menambah atau mengurangi daya untuk mengembalikan
frekuensi sistem pada kondisi normal. Pada gambar 2, ditunjukkan karakteristik sistem
pembangkitan sebagai respon adanya perubahan frekuensi.
Pada
gambar 2, dianalogikan dalam sistem daya terdapat dua pembangkit, yaitu
pembangkit daya 1 dan pembangkit daya 2 dengan karakteristik yang berbeda. Jika
pada suatu sistem daya terdapat penurunan frekuensi sebesar Δf karena ada penambahan
beban sebesar ΔPT. Hal tersebut akan dirasakan oleh pembangkit 1 dan 2 dengan
adanya penurunan frekuensi dengan besaran sama yaitu Δf, namun daya tambahan
yang disumbang setiap pembangkit adalah berbeda bergantung pada karakteristinya
(karakteristik ini akan dibahas lebih lanjut nantinya). Dalam keadaan ini total daya yang disalurkan
pembangkit meningkat dari keadaan awal, namun dengan frekuensi yang lebih
rendah. Ini dapat dikatakan bahwa sistem berada dalam keadaan tidak sehat.
Maka
disinilah peranan frequency control
dimulai. Komponen-komponen yang tergabung dalam frequency control akan segera bekerja untuk mengembalikan frekuensi
pada keadaan nominalnya (dengan nilai daya baru). Cara yang paling masuk akal
adalah menambah bukaan governor agar fluida kerja yang masuk ke turbin
bertambah. Dengan demikian, dalam aksinya, frequency
control akan menambah daya keluaran pembangkit untuk menaikkan frekuensi,
dari keadaan underfrequency menjadi
keadaan nominal baru. Jelas bahwa respon governor dalam contoh di atas tidak
dapat serta merta menstabilkan frekuensi. Akan ada langkah tambahan yang nantinya akan dijelaskan.
To be continued
Malang, 21 June 2014 18:45
Mantap pak nambah ilmu sya..
ReplyDeletethanks pak Dody
ReplyDelete