Dalam
bahasan sebelumnya, ditekankan bahwa turbin akan berekasi dengan adanya
perubahan frekuensi. Jika frekuensi naik, maka daya turbin akan dikurangi. Jika
frekuensi turun, maka daya turbin akan dinaikkan. Hal ini terlihat jelas pada
gambar 2, yang disebut Generation
Characteristic. Sampai di sini, karakteristik tersebut kita asumsikan
selalu linier. Namun dalam aplikasinya tidaklah demikian karena sistem
pembangkit (turbin, atau sistem pembakaran) dibatasi oleh banyak variabel.
Spinning reserve:
Secara
teori, jika frekuensi sistem turun maka daya turbin akan dinaikkan. Hal ini
akan berlaku apabila pembangkit dalam keadaan underloaded (dibebani tidak penuh; beban parsial). Jika generator
dibebani maksimum dan di waktu yang sama terjadi penurunan frekuensi sistem,
maka turbin tidak akan bereaksi menaikkan daya. Ini artinya sistem
pembangkit tidak akan dapat melakukan aksi Frequency Control.
Dari
deskripsi di atas, jelas sekali bahwa kemampuan sistem dalam melakukan Frequency Control sangat bergantung pada
pembangkit-pembangkit yang dioperasikan dalam keadaan underloaded. Secara kasar, dikatakan bahwan sistem daya listrik
harus memiliki ‘cadangan’ daya; jika terjadi penurunan frekuensi, ‘cadangan’
daya tersebut dapat langsung diberikan ke sistem. ‘Cadangan’ daya tersebut
dikenal sebagai Spinning Reserve (cadangan
putar; mohon koreksi). Spinning Reserve
didefinisikan sebagai selisih rating nominal daya listrik semua pembangkit dengan nilai pembebanan
yang sebenarnya. Hal ini meneyebabkan Generation Characteristic
menjadi tidak linier karena keterbatasan daya maksimum pembangkit sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 3.
Dalam
suatu sistem daya yang besar, pasti akan melibatkan pembangkit dalam jumlah
banyak dan saluran transmisi yang bervariasi. Jika fluktuasi frekuensi terjadi,
misalkan penurunan frekuensi; maka harus diyakinkan bahwa tidak ada saluran
transmisi yang overload karena
pembangkit yang terkoneksi melakukan aksi Frequency
Control. Dengan demikian, pemilihan dan penempatan pembangkit yang
melakukan aksi Frequency Control
haruslah cermat agar overload pada
saluran transmisi tidak terjadi. Gambar 4 menunjukkan perbedaan respon pembangkit dengan perbedaan Generating Characteristic.
Pada
gambar 4a, kedua pembangkit dalam keadaan underloaded yaitu P1 dan P2. Pada saat
keadaan normal, frekuensi sistem adalah fo. Pada saat frekuensi
sistem turun menjadi f1, maka kedua pembangkit akan melakukan aksi Frequency Control dengan cara menaikkan
daya hingga Pmax1 dan Pmax2.
Pada
gambar 4b, pembangkit pertama dalam keadaan full-loaded yaitu P1 = Pmax1; sedangkan
pembangkit kedua dalam keadaan underloaded
yaitu P2. Pada saat keadaan normal, frekuensi sistem adalah fo.
Pada saat frekuensi sistem turun menjadi f1, maka pembangkit kedua
akan melakukan aksi Frequency Control dengan
cara menaikkan daya hingga Pmax2; sedangkan pembangkit pertama tidak
melakukan aksi Frequency Control.
Maka,
pada sistem daya yang besar, ada pembangkit yang disetting pada mode full-loaded dan pembangkit lain pada
mode underloaded. Tujuannya adalah
untuk menjaga Spinning Reserve dari
sebuah sistem.
To be continued to part III...
Paiton, June 26th 2014 05:21.
No comments:
Post a Comment