Saturday 10 January 2015

Frequency Control - Part V


Frequency Control (mode 1): Primary Control (governor-free)

Prekondisi:
Sistem daya berada pada kondisi steady state S0, keadaan ini ditunjukkan oleh gambar 11 dengan deskripsi:


-   daya yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit memiliki karakteristik PG_a
-   daya yang dikonsumsi oleh pusat beban memiliki karakteristik PL_a
-   titik kerja sistem ini ada di titik 0
-   frekuensi sistem setimbang, berada pada kondisi nominal f0 dengan daya nominal adalah P0
- Besaran daya yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit PG0 sama dengan daya yang dikonsumsi pusat beban PL0; rugi transmisi diabaikan


Kondisi perubahan beban dan frequency control:
Pada saat beroperasi di titik 0, tiba-tiba beban mengalami kenaikan sebesar ΔPL. Maka, sesaat kemudian frequency control akan bekerja sesuai gambar 12 (untuk step 1-3) dan gambar 13 (untuk step 4 dan seterusnya) dengan tahapan komplit sebagai berikut. 

1. Sistem bekerja steady state di titik 0. Setpoint daya pembangkitan adalah PG0 dan sistem bekerja di frekuensi f0

2. Beban elektrik mengalami kenaikan sebesar ΔPL

3. Dengan demikian karakteristik beban berubah menjadi PL_b; sedangkan karakteristik daya pembangkitan tetap PG_a

4. Terjadi ketidak-seimbangan daya (power mismatch); dimana beban listrik sebesar P2 sedangkan daya pembangkitan sebesar P0

5. Power mismatch sebesar ΔPL ini akan direspon (metode kompensasi) oleh sistem melalui dua aksi; yaitu:

a. Turbine menaikkan suplai daya PM (yang artinya daya keluaran pembangkit PG juga akan mengalami kenaikan sebesar ΔPG). Besarnya ΔPG adalah sesuai prosentase speed-droop dan nominal power

b. Beban yang sensitive terhadap frekuensi akan mengurangi konsumsinya sebesar ΔPD.

6. Daya akumulasi dari 5a dan 5b menyebabkan sistem beroperasi di titik kerja baru yaitu titik 1

7. Sistem bekerja steady state dengan frekuensi f1, daya terbangkit sebesar P1 dan daya beban sebesar sebesar P2. Artinya, daya yang dibangkitkan sebanding dengan daya beban (P2); namun frekuensi baru mengalami deviasi sebesar Δfss.

Kita tahu bahwa hingga step 7; turbin governor melakukan aksi frequency control sementara setpoint daya pembangkitan masih konstan di PG0. Manuver turbin governor untuk melakukan aksi frequency control dimana setpoint daya pembangkitan dipertahankan konstan disebut Primary Control.

8. Untuk mencapai posisi kerja yang benar (posisi 2: daya sebesar P2 dan f0); maka dibutuhkan aksi tambahan yang akan dibahas di part 6.




Contoh kasus:

Suatu sistem daya dengan daya terpasang 1500MW dibebani sebesar 1250MW dan speed droop 5%. Jika sistem berada pada keadaan steady state 50Hz dan kemudian beban sebesar 100MW trip, tentukan frekuensi steady state yang baru jika load damping sebesar 1.5.



Solusi:

Beban awal P0 = 1250MW

Spinning reserve : 250MW

Daya baru P1 = 1250-100=1150MW



·      Konstanta damping load:

D = (1.5/100 * 1150) *(100/50) = 34.5 MW/Hz

·      Komponen regulasi (droop 5%)

1/R = 1150 : (5/100 * 50) = 460 MW/Hz

·      Stiffness

β=1/R + D = 460 + 34.5 = 494.5 MW/Hz

·      Kenaikan frekuensi steady state

Δfss = -PL/ (β) = - (-100)/494.5 = 0.202 Hz


 to be continued to part VI

Malang, 20 Jan 2015 15:31

2 comments:

  1. saya mau tanya, pada damping load nilai 1.5 dari mana ya?

    ReplyDelete
  2. Damping load diketahui dalam contoh soal.

    Dalam aplikasinya, ini bergantung dg ukuran grid, topologi dan banyak hal. Masih blm nemu formulasinya

    ReplyDelete