Monday 3 December 2018

Dissolved Gas Analysis (DGA) – Part V

Foreword
Masih dengan menggunakan rujukan IEEE Std C57.104-2008 IEEE Guide for the Interpretation of Gases Generated in Oil-Immersed Transformers, analisis dapat pula dilakukan dengan metode rasio, berdasarkan pengalaman para peneliti professional. Terdapat 5 rasio gas yang dapat digunakan dalam analisis ini antara lain:

Ratio 1 (R1) = CH4/H2
Ratio 2 (R2) = C2H2/C2H4
Ratio 3 (R3) = C2H2/CH4


Ratio 4 (R4) = C2H6/C2H2
Ratio 5 (R5) = C2H4/C2H6

Dalam bahasan ini akan diperdalam mengenai dua metode rasio yaitu Doernenburg dan Rogers. Rasio Doernenburg menggunakan Ratio 1, 2, 3 dan 4 dengan syarat bahwa beberapa fault gas yang muncul harus berada pada jumlah yang signifikan. Untuk metode Rogers digunakan Ratio 1, 2 dan 5 tanpa ada syarat munculnya gas tertentu agar analisis dapat dikaatakan valid. Namun, metode ini hanya disarankan untuk digunakan ketika kuantitas fault gas melebihi nilai normal.

Doernenburg Ratio
Analisis dimulai dengan membandingkan level fault gas terhadap tabel 4 dalam IEEE Std C57.104-2008, pada bahasan ini ditunjukkan dalam gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Level Minimum Konsentrasi Fault Gas berdasarkan IEEE Std C57.104-2008 Tabel 4

Secara lebih sistematis, metode ini dijelaskan dalam bentuk flowchart , disajikan dalam gambar 4:
 
Gambar 4. Flowchart untuk Doernenburg Ratio
Step1:
Konsentrasi fault gas didapat dari metode ekstraksi gas kromatografi

Step 2:
Jika setidaknya konsentasi salah satu gas (dalam satuan mikroliter/liter atau ppm) untuk H2, CH4, C2H2, dan C2H4 melebihi dua kali nilai batas L1 pada Tabel 4 dan satu dari gas-gas yang lain melebihi nilai L1, maka peralatan dinyatakan mengalami gangguan (faulty) dan dilanjutkan evaluasi ke step 3

Step 3:
Prosedur Doernenburg Ratio dinyatakan valid apabila salah satu dari gas rasio R1, R2, R3 atau R4 melebihi limit L1. Namun jika tidak terpenuhi, rasio ini dianggap tidak signifikan sehingga harus dilkukan re-sampling atau menggunakan metode lain
  
Step 4:
Membandingkan setiap rasio R1, R2, R3 dan R4 terhadap tabel 5 dalam IEEE Std 57.104-2008, dalam bahasan ini disajikan dalam gambar 5
Gambar 5. Diagnosis Doernenburg berdasarkan IEEE Std C57.104-2008 Tabel 5

Step 5:
Jika semua rasio berada dalam cakupan tabel 5, maka diagnosis dikatakan valid.   

Rogers Ratio
Pada dasarnya, Rogers Ratio memiliki metode evaluasi yang sama dengan Doernenburg Ratio. Namun, Rogers Ratio hanya menggunakan kriteria R1, R2 dan R5. Untuk diagnosis, dapat mengacu pada tabel 6 pada IEEE Std C57.104-2008, atau ditunjukkan dalam gambar 6. Secara lebih detail metode diagnosisnya menggunakan flowchart sebagaimana disajikan dalam gambar 7.
 
Gambar 6. Diagnosis Rogers berdasarkan IEEE Std C57.104-2008 Tabel 6

Gambar 7. Flowchart untuk Rogers Ratio


To be continued to part 6
Before: Part 4

Paiton, 3 December 2018 18.57

No comments:

Post a Comment